Secara tidak sadar mayoritas orang pasti pernah yang namanya menikmati rasanya menyentuh awan. Kok bisa begitu? Ya, secara tidak langsung dipahami oleh orang pada umumnya bahwa mereka pasti tahu rasanya menyentuh awan. Contoh realnya yakni ketika sedang berada di tengah-tengah kabut.
Kabut? Bukan awan dong berarti? Jangan salah ya, sesungguhnya awan dan kabut itu adalah saudara. Saudara dalam arti bahwa asal keduanya sama yakni dari tetesan-tetesan air kecil, sebagaimana pernah pasti kamu rasakan terkadang di kamar mandi yang terbentuk dari air panas.
Perbedaan yang sangat jelas rasanya menyentuh awan ketika berada di tengah kabut dengan awan langsung yakni posisi kamu sangatlah dekat dengan tanah, sedangkan awan adalah posisi tinggi yakni di langit. Selengkapnya Bagaimana proses pembentukan awan bisa deh kamu baca detailnya di bawah ini.
Bagaimana awan bisa terbentuk dan bisa dinikmati rasanya?
Jangan heran ketika ada yang menanyai kamu bagaimana rasanya menyentuh awan. Kamu harus tahu dong perihal awaan agar tidak salah jawab. Awan seseungguhnya terbentuk dari sebuah proses yang namanya penguapan serta kondensasi. Air yang ada di sungai, danau, genangan, maupun lautan akan menguap ketika terkena panas matahari.
Agar lebih mengena, bisa kamu pahami dan mengerti tentang penguapan dan kondensasi bisa membuat perumpamaan dengan cara kamu menguapkan air manual dengan cara rebus lalu saksikanlah hilangnya air karena telah menjadi uap.
Nah, proses selanjutnya dari penguapan air laut dan sebagainya tadi terjadilah bentuk uap yang bersifat tak kasat mata kemudian naiklah secara alamiah dari permukaan bumi ke pokerace99. Bentuknya berubah menjadi gelembung-gelembung yang hangat. Naik semakin tinggi, suhu udara berubah semakin dingin dan uap tersebut akan mengembun kembali menjadi bentuk cair.
Adapun warna awan yang putih dikarenakan asal bentuknya yang dari banyaknya tetesan air kecil sehingga menjadikan tersebarnya warna cahaya matahari dengan merata.
Kamu harus tahu, bahwa rasanya menyentuh awan serta berada di awan itu bukanlah seperti yang selama ini ada di bayangan. Bentuknya empuk seperti bola karet pasti akan nyaman jika kamu bisa tidur di atas awan. Bukan. Walau terlihat demikian, nyatanya awan tidak bisa menopang maupun menahan benda berat, selain dirinya sendiri.
Ilmuwan atmosfer serta peneliti turut memberikan keterangan bahwa ditemukanlah lebih banyak tetesan dan awan di daerah yang memiliki banyak CCN (Nukleus kondensasi awan/partikel kecil), sebaliknya di daerah yang tidak ada CCN maka awan akan terbentuk sedikit sekali, seperti yang terjadi di atas laut maupun di Kutub Utara.
Selanjutnya dari proses terbentuk awan itu tadi, aka nada proses selanjutnya yakni naiknya tetesan awan ke atmosfer dan membuat suhu udara menjadi berkurang. Proses ini sama dengan pembuatan es batu di lemari es. Tetesan itu menjadi beku lalu mengkristal dan membesar ukurannya. Hal ini biasa disebut sebagai deposition (perubahan gas menjadi benda padat).
Dikarenakan stabilnya arus naik udara, maka tetesan air tersebut akan menjadi ringan sehingga mengambanglah kristal es itu di awan. Kemudian ketika turun ke bumi jadilah hujan dan salju melalui bersatunya uap-uap air.
Proses hujan yakni dalam perjalanannya jatuh ke bumi, tetesan yang lebih besar itu mengumpulkan bentuk yang lebih kecil. Jika sudah menjadi besar maka membuat tidak stabil dan pecah sehingga jatuhlah ke bumi dalam bentuk rintik hujan.
Jadi ketika benar-benar belum bisa menyentuh awan dengan langsung, coba deh kamu menikmati rasanya menyentuh awan bisa kamu nikmati juga dengan merasakan hujan, karena asal mulanya hujan juga dari bentuk awan.